Cara Pencabutan Gigi Molar Ketiga Yang Tepat dan Aman
Cabang ilmu kedokteran gigi yang terkait dengan faktor variasi genetik atau biasa disebut Ortodonti , pertumbuhkembangan dan bentuk muka serta langkah-langkah faktor itu mempengaruhi oklusi gigi dan fungsi organ di sekitarnya.. Selama periode perkembangan, sebagian tidak kecil perawatan ortodonti dikerjakan Sesudah perkembangan yang berlangsung umumnya relatif kecil, oklusi dan posisi gigi ditentukan selama periode perkembangan itu dan pergantian
Tujuannyai ialah untuk memper dan menjaga situasi normal dan kegiatan fisiologik yang sesungguhnya gigi, jaringan lunak mulut dan otot wajah dan pengunyahan, dengan maksud untuk menjamin Sampai mungkin perkembangan dan fungsi dentofasial yang optimum. mencukupi tujuan tersebut diperlukan suatu diagnosa yang pas, rancangan perawatan yang matang dan tehnik perawatan yang dicocok atau sepadankan dengan keperluan, dengan memakai peranti, baik peranti tetap maupun peranti lepasan.
Perawatan ortodonti pada waktu dulu cuma ditekankan pada segi kuratif saja. berbarengan dengan kemajuan ilmu kedokteran gigi, segi prefentif diutamakan ilmu ortodonti modern lebih. Perawatan ortodonti dilakukan dalam ilmu ortodonti preventif terdapat suatu filosofi yang menyebutkan bahwa menyetop berlangsungnya maloklusi marupakan suatu pilihan yang amat bijaksana bila dibanding setelah berlangsung maloklusi dengan.
Maloklusi ialah ketidakwajaran oklusi normal gigi disebutkan strang and Thompson. salah satu maloklusi yang paling sering berlangsung ialah gigi berdesakan. Bentuk maloklusi yang perlu diwaspadai salah satunya ialah timbulnya gigi berdesakan di wilayah anterior rahang bawah di akhir masa perkembangan. Hasil penelitian menimpa maloklusi gigi, kelainan gigi berdesakan tunjukkan angka yang paling tinggi dibanding dengan anomali posisi gigi yang lain. Selesai melakukan perawatan ortodonti, situasi ini dapat berlangsung pada orang disaat mulanya memiliki lengkung gigi yang baik maupun yang pasien yang sudah
Persoalan timbulnya gigi berdesakan di wilayah anterior rahang bawah di akhir masa perkembangan ini telah menjadi materi diskusi di kelompok umur pakar ortodonti. tapi belum didapatkan jalinan yang jelas antara timbulnya gigi berdesakan di wilayah anterior rahang bawah dengan gigi molar ke-3 bawah, fakta bahwa gigi berdesakan di wilayah anterior rahang bawah terkait didapatkan oleh sampai lantas Bjork dan Skieller dengan erupsi gigi molar ke-3 bawah.
Para ahli melakukan dugaan berlangsungnya relaps gigi berdesakan di wilayah anterior rahang bawah serta juga berlangsungnya gigi berdesakan di wilayah anterior rahang bawah di akhir masa perkembangan, ialah diakibatkan gara-gara wujudnya gigi molar ke-3. Perihal ini dibasickan pada konsep awal perawatan ortodonti, dua puluh delapan gigi permanen yang beroklusi diperdulikan ialah hanya tanpa membuat timbangan wujudnya gigi molar ke-3.
Schwartze mengusulkan suatu tindakan pencabutan gigi molar ke-3 bawah untuk menyetop timbulnya gigi berdesakan di wilayah anterior rahang bawah. Setelah perawatan ortodonti usai, meski seperti itu pakar ortodonti banyak yang mengesampingkan masalah ini kalau melakukan blokadei pergerakan gigi ke arah distal atau membuat ganguan retensi gigi
Penulis merasa tertarik untuk mengetahui lebih lanjut persoalan pencabutan gigi molar ke-3 bawah dalam bidang ortodonti spesialnya untuk menyetop berlangsungnya gigi berdesakan di wilayah anterior rahang bawah gara-gara alasan yang sudah dimaksudkan diatas.
Penulis mengharapkan melewati catatan ini bisa dipelajari tentang pencabutan gigi molar ke-3 bawah untuk menyetop gigi berdesakan di wilayah anterior rahang bawah, serta mampu menjadi masukan bagi penelitian lebih lanjut dalam bidang ortodonti tentang masalah pencabutan gigi molar ke-3 bawah spesialnya untuk menyetop berlangsungnya gigi berdesakan di wilayah anterior rahang bawah.
Pertumbuhkembangan Gigi Molar ke-3 Bawah
Gigi molar ke-3 bawah amat menarik Selayak bagian perkembangan manusia gara-gara memiliki variasi morfologi yang luas dan gelombang gagalnya pembuatannya untuk berkembang lengkap 1 atau lebih gigi molar ke-3 yang tinggi..
Rata-rata gigi molar ke-3 bawah alami kalsifikasi pada usia sembilan tahun dan erupsi penuh pada usia dua puluh tahun. Proses pembuatan akar sempurna berlangsung pada usia dua puluh dua tahun. Dengan keluarnya gigi molar ke-3, maka selesailah proses erupsi aktif gigi tetap.
Puncak tonjol mesial dan distal gigi molar ke-3 bawah dapat diidentifikasi pada usia kurang 8 tahun. Kalsifikasi enamel lengkap berlangsung pada usia dua belas hingga enam belas tahun. Erupsi terjadiantara usia lima belas sampai 21 tahun atau lebih dan akar terbentuk lengkap antara usia 18 hingga dua puluh lima tahun
Peneliti lain menyebutkan justru batas tertua pembuatan awal yang paling absolut, gara-gara rata-rata pasien siap untuk terima perawatan ortodonti pada usia 12 tahun dan ini umumnya atas evaluasi, usia optimum untuk Mayoritas perawatan maloklusi. absolut kiranya untuk mengetahui kapan gigi molar ke-3 bawah mulain berkembang sebelum menyebutkan diawalinya rancangan perawatan.
Gigi Berdesakan Anterior Rahang Bawah
Gigi berdesakan atau crowding umum mampu dikatakan Selayak suatu situasi di mana berlangsung disproporsi antara ukuran gigi dan ukuran rahang dan bentuk lengkung. 3 situasi yang meringankan lengkung gigi menjadi berdesakan ialah tidak sempit gigi yang tidak kecil, tulang basal rahang yang kecil atau gabungan gigi yang lebar dan rahang yang tidak besar. Howe dalam risetnya mendapatkan bahwa pada Kasus dengan gigi berdesakan memiliki lengkung gigi yang lebih tidak besar, pada Kasus tanpa atau tidak banyak gigi berdesakan.
Usia di mana gigi bertambah berdesakan ialah antara usia 13-14 tahun, dan lantas mungkin bakal menjadi kurang. Hunter and Smith mendapatkan bahwa berdesakannya gigi paling tidak sedikit ditemukan pada usia 9 tahun, tetapi peneliti lain mendapatkannya pada usia 12-13 tahun. Peneliti memautkan timbulnya kendala ini dengan wujudnya pergantian pada pribadi selama proses perkembangan. Situasi gigi berdesakan di akhir masa perkembangan mampu berlangsung pada personal disaat awalnya mempunyai lengkungan gigi yang baik dan situasi ini akan bertambah parah jika sejak awal usia perkembangan situasi giginya telah berdesakan
Van der Linden menklasifikasikan gigi berdesakan berbasickan etiologinya, ialah:
1. gigi berdesakan primer. Penyebab Soal ini ialah perbedaan ukuran gigi dan ukuran rahang, terlebih dikendalikan faktor genetik,
2. gigi berdesakan sekunder. Penyebabnya ialah faktor lingkungan, berbasickan Barber faktor lingkungan yang dinilai memiliki pengaruh kepada berdesakannya gigi ialah gencetan otot yang abnormal, penyimpangan arah erupsi gigi, kemampuan oklusal gara-gara migrasi gigi ke mesial, dan kehilangan panjang lengkung gigi gara-gara karies,
3. gigi berdesakan tersier. Berkembang pada pertengahan atau akhir usia remaja, yang tunjukkan gigi yang terlambat berdesakan di mana yg terlebih dahulu gigi tersebut tak alami gigi berdesakan atau wujudnya relaps gigi berdesakan satu tahun setelah alat retensi dilepas.
Gigi berdesakan tersier sering diartikan lain, layaknya postpubertal crowding, late lower arch crowding, atau crowding postretention. Peneliti lain mengklasifikasikannya dalam gigi berdesakan sekunder. Gigi molar ke-3 tidak sedikit diduga Selayak penyebab gigi berdesakan tersier, gara-gara berlangsungnya gigi berdesakan ini an waktunya dengan erupsi gigi molar ke-3.
Pencabutan Molar ke-3 Bawah
Oklusi fungsional yang normal serta keseimbangan dengan susunan supporter dan otot sekitarnya kadang-kadang-kadang-kadang Menagih pengurangan 1 gigi atau lebih. Pemilihan gigi untuk dicabut pada perawatan ortodonti tergantung pada situasi klinis lokal, terhitung besarnya perbedaan (discrepancy) antara lengkung gigi dan lengkung basal tulang rahang, profil muka, kesehatan umum pasien, umur erupsi, posisi gigi, derajat kemiringan dentoalveolar, usia pasien dan situasi susunan gigi Selayak suatu jumlah seluruh yang terkait dengan basis kranii. Perihal lain layaknya bentuk gigi, ukuran gigi, derajat kemiringan, tambahan, ketinggian tonjol lingual dan lain Selayaknya juga perlu dipertimbangkan.
Ukuran gigi dan ukuran lengkung rahang tidak sedikit be affected karakteristik genetik seseorang. Ukuran lengkung gigi mempunyai pengaruh kepada besarnya ukuran tulang basal dan fungsi otot mulut. akan membuat timbul kedaan gigi berdesakan, cara pencabutan kepada gigi spesifik digunakan untuk tersebut perlu dikerjakan pengurangan ukuran gigi. Sebelum dikerjakan pencabutan gigi, terlebih dahulu perlu di perhatikan situasi giginya, posisi gigi yang berdesakan dan posisi gigi jumlah semua.
Pencabutan gigi dapat dikerjakan bila ukuran lengkung basal tidak sempurna dan susunan gigi yang baik tak mungkin didapatkan tanpa mengakibatkan timbulnya relaps gara-gara wujudnya daya dalam tulang rahang sesudah perawatan ortodonti usai. Kemiringan dentoalveolar dan untuk memperbaiki profil wajah disedikitkan oleh pencabutan gigi juga bisa dikerjakan untuk.
Pembhsn
Masalah utama yang tetap perlu dicari jawaban ialah pencabutan molar ke-3 bawah untuk menyetop gigi berdesakan terlebih di wilayah anterior rahang bawah. Terdapat suatu kecondongan yang kuat pada penduduk modern akan berlangsungnya suatu situasi gigi berdesakan di wilayah anterior rahang bawah akhir masa perkembangan.
Spekulasi bahwa gigi molar ke-3 bawah menyebabkan berlangsungnya gigi berdesakan di wilayah anterior rahang bawah mendapat banyak perhatian ahli-ahli ortodonti dan menjadi bahan pertentangan dan speculation pada beberapa literatur. Beberapa hasil riset ahli-ahli dan tunjukkan wujudnya pendapat, baik yang beri dukungan atau menangkis spekulasi itu.
Moore menerangkan tentang perbedaan perkembangan wilayah perkembangan wajah, sekiranya perkembangan kondilus tetap berlanjut terus sesudah perkembangan tulang tuberositas maksilaris tak melakukan suatu gerakan atau diam, maka dapat berlangsung pergantian jalinan anteroposterior antara rahang bawah dan rahang atas. perkembangan ke depan kondilus ini bakal menggerakkan gigi rahang bawah maju ke depan, tapi pada waktu tersebut rahang bawah tetap beroklusi dengan rahang atas. Susunan rahang atas melalui tegangan otot dikira-kira menahan gigi anterior rahang bawah yang bergerak ke depan dan membuat hasil berdesakannya gigi insisif rahang bawah.
Jika sejak awal usia perkembangan situasi giginya telah berdesakan, situasi gigi berdesakan di akhir masa perkembangan bisa berlangsung pada personal disaat awalnya mempunyai lengkungan gigi yang baik dan situasi ini akan bertambah parah Banyak literatur menyebutkan bahwa kendala ini terkait dengan erupsi gigi molar ke-3.
Funder mendapatkan bahwa pada personal yang memiliki gigi molar ke-3 bawah lengkap, posisi gigi molar pertama tetap rahang bawah lebih ke depan dan gigi-gigi insisif rahang bawah memiliki inklinasi lebih labioversi dibanding dengan pribadi yang gigi molar ke-3nya agenisi. Laskin mewawancarai lebih 600 pakar ortodonti dan tujuh ratus ahli bedah mulut, dan mendapatkan bahwa 65% memiliki pendapat bahwa pada suatu waktu bakal menyebabkan berdesaknya gigi anterior rahang bawah, tetapi saat ini tidak ada kebulatan pendapat tentang pengaruh yang mungkin gigi molar ke-3 kepada kestabilan rahang bawah.
Broadbent memberi bukti bahwa gigi molar ke-3 bawah dan gigi insisif bawah ke-2nya saling memperngaruhi kepada timbulnya kelainan pada tulang muka untuk menggapai ukuran dan proporsi yang cocok atau sepadan pada usia dewasa. Cryer menyebutkan bahwa situasi gigi molar ke-3 bawah yang impaksi dan gigi berdesakan di wilayah anterior rahang bawah ialah tanda-tanda pemendekan ukuran rahang. situasi ini ialah masalah yang cukup serius dan amat sering dijumpai pada penduduk modern.
Vego melakukan pengujian kepada 40 pasien yang mempunyai gigi molar ke-3 bawah dan dua puluh lima pasien tidak mempunyai gogo tersebut dan semua pasien tak alami perawatan ortodonti, setiap lengkung gigi pasien diukur dalam dua interval waktu. Pertama pada waktu setelah erupsi gigi molar ke-2, pada usia rata-rata 13 tahun dan ke-2 pada usia rata-rata 19 tahun. model pertama ke model ke-2, penambahan Perputaran dan susunan gigi yang tak baik bakal ditunjukkan yang. Hasil risetnya tunjukkan bahwa pengurangan perimeters rahang kurang terlihat menonjol pada orang tanpa gigi molar ke-3. Gencetan pada gigi paling tidak jauh dan tunjukkan dapat diberikan dia berketetapan kira-kira bahwa banyak faktor yang ikut serta dalam berdesakannya gigi pada lengkung rahang bahwa erupsi gigi molar ke-3 bawah.
Vego menyebutkan bahwa pada waktu gigi molar ke-3 erupsi, mampu timbul suatu daya tekan pada bagian proksimal gigi di depannya. Pergeseran gigi di depannya ke arah anterior dan akan membuat tambah parah gigi berdesakan di wilayah anterior rahang bawah akan disebabkan gooris memberikan pendapat bahwa daya tekan gigi molar ke-3.
riset yang menunjukkan prosedur berlangsungnya penekanan gigi posterior pada penambahan berdesakannya gigi anterior rahang bawah, dikatakan Richardson. Berlangsungnya pengurangan gigi berdesakan di wilayah posterior diikuti didapatkan riset ini dengan penambahan berdesakannya gigi di wilayah anterior. Disimpulkan bahwa ruangan yang didapat untuk penambahan ruang di regio molar didapat dalam batas spesifik, dengan berdesakannya gigi yang tidak dekat ke depan lengkung rahang.
Schwartze membandingkan pergantian posisi gigi molar pada 56 pasien yang benih gigi molar ke-3nya sudah dicabut dengan 49 pasien yang gigi molar ke-3nya berkembang sempurna. Hasil risetnya mendapatkan persoalan gigi berdesakan di wilayah anterior rahang bawah berlangsung tambah tidak sedikit pada Perkara pasien dengan gigi molar ke-3 yang lengkap. Perihal ini dikira-kira gara-gara wujudnya daya tekan yang ditimbulkan gigi molar ke-3 ke arah sagital, sehingga menyebabkan berlangsungnya pergeseran gigi molar ke-2 dan pertama ke depan.
Pengurangan didalam dan tidak sempit lengkung rahang akan diakibatkan pergerakan tegak lurus gigi insisif rahang atas dan rahang bawah. Bila pada proses ini ada tahanan gigi di posterior maka dapat timbul situasi gigi berdesakan di wilayah anterior.
Banyak bukti yang memberikan dukungan kepada teori yang menyebutkan bahwa timbulnya kendala gigi berdesakan di wilayah anterior rahang bawah di akhir masa perkembangan, diakibatkan wujudnya gencetan arah belakang lengkung rahang. gencetan ini diperoleh dari hasil proses perkembangan gigi molar ke-3 bawah, pergerakan fisiologis gigi posterior ke arah mesial atau gara-gara gencetan yang diper daya oklusi pada gigi yang berinklinasi ke arah mesial.
Sesudah perkembangan tuberositas maksilaris tidak melakukan suatu gerakan atau diam mengakibatkan berlangsungnya pergantian jalinan anteroposterior antara rahang atas dan rahang bawah, perkembangan rahang bawah yang tetap terus berlanjut Gerakan perkembangan rahang bawah ke arah depan juga diikuti gigi di rahang bawah, namun pergerakan ini bakal dihambat gigi anterior rahang atas beserta ototnya sehingga gigi insisif rahang bawah berpindah tempat ke arah distal. Pencabutan gigi molar ke-3 bawah dapat memberi tempat di bagian distal untuk gigi di depannya selama proses perkembangan.
Bergstorm and Jensen mempelajari 50 sampel Perkara pasien dengan agensi satu sisi gigi molar ke-3 rahang bawah. Hasil riset mereka terbukti ditemukan tidak sedikit Perkara gigi berdesakan di wilayah anterior rahang bawah berlangsung pada sisi yang gigi molar ke-3 tidak agenisi. Selama 66 bulan, suatu penelitian yang dikerjakan Sheneman kepada empat puluh sembilan pasien Setelah perawatan ortodonti terhitung didalam sampel ini, sebanyak 7 pasien dengan gigi molar ke-3 yang bisa beroklusi baik pada ke-2 sisinya, 31 pasien dengan Kasus impaksi gigi molar ke-3 pada ke-2 sisi rahang.
Selama periode observasi, tunjukkan pergantian tidak pendek lengkung rahang pada sisi pencabutan dan sisi kontrol Setelah dikerjakanpengamatan yang lebih lama, 5 subjek tunjukkan pergantian yang bermakna Pencabutan gigi molar ke-3 bawah terlihat memiliki pengaruh tidak kecil kepada pergantian panjang lengkung rahang pada sebagian besar subjek yang diteliti. Timbulnya perbedaan pergantian panjang lengkung rahang pada sisi pencabutan dan sisi kontrol, mungkin be affected ada atau tidaknya gigi molar ke-3.
Hasil yang lebih stabil dibanding akan diberikan oleh sheneman menyebutkan bahwa pencabutan gigi molar ke-3 bawah pada pasien yang dirawat ortodonti dengan pasien yang mempunyai gigi molar ke-3 lengkap gara-gara Kasus gigi berdesakan. Vego menyebutkan bahwa pada pribadi yang memiliki gigi molar ke-3 lengkap terdapat pengurangan perimeters lengkung gigi sebesar 40,8 mm dibanding dengan personal yang tidak memiliki gigi molar ke-3.
Woodside menangkis konsep menimpa perkembangan gigi molar ke-3 memberikan gencetan pada lengkung gigi, tetapi terima konsep pencabutan awal molar ke-3 mengakibatkan pergerakan ke distal gigi molar yang lain.
Peneliti lain mempresentasikan bahwa peran gigi molar ke-3 bawah kepada timbulnya masalah gigi berdesakan di wilayah anterior rahang bawah cuma sedikit sekali. Kalaupun ada, perihal itu terkait dengan pergantian lengkung gigi kurun waktu yang lama. Shanley and Lundstrom juga tak mendapatkan perbedaan yang bermakna antara gigi molar ke-3 yang impaksi, erupsi atau lenyap kongenital kepada timbulnya kendala gigi berdesakan.
Selesai dirawat ortodonti, kaplan melakukan suatu pengamatan kepada timbulnya masalah gigi berdesakan Sesudah retensi pada kelompok pasien yang telah risetnya pada tujuh puluh lima orang pasien yang diteliti modelnya pada waktu sebelum perawatan, setelah perawatan dan sepuluh tahun Sesudah retensi serta paparan sefalogram lateralnya. Dia mendapatkan wujudnya kecondongan berlangsungnya relaps pada sebanyak besar pasien namun tak ditemukan wujudnya perbedaan yang bermakna antara kelompok pasien yang gigi molar ke-3nya erupsi, impaksi atau agenisi.
Setelah penghentian retensi, ia menyimpulkan bahwa wujudnya wujudnya gigi molar ke-3 tak membuat hasil derajat yang tidak rendah berdesakannya gigi anterior rahang bawah dan atau relaps Perputaranonal Ia menghimpitkan bahwa pergantian posisi gigi dan dimensi lengkung rahang tak be affected gigi molar ke-3. Dia memberikan pendapat bahwa teori gigi molar ke-3 memberikan gencetan pada gigi di Dibagian mesialnya ialah tidak berbasic, tapi Schulhof menyebutkan pengaruh gigi molar ke-3 kepada pergantian dimensi lengkung rahang dan posisi gigi mampu terlihat bila dikerjakan penelitian dengan jumlah sampel yang tambah tidak sedikit dan kakulasi statistik yang tak sama.
Suatu pengamatan yang dikerjakan Stemm kepada 29 orang pasien yang memiliki usia antara 14-20 tahun dan belum perah dirawat ortodonti, mendapatkan bahwa ada atau tidaknya gigi molar ke-3 bawah tak mempunyai pengaruh pergantian lebar dan tidak pendek lengkung rahang atau pergerakan gigi.
Kesepakatan pendapat atau ketetapan kira-kira riset menimpa peran gigi molar ke-3 bawah kepada kestabilan gigi insisif rahang bawah sampai sekarang ini tetap belum ada. Beberapa literatur menyebutkan mutlaknya dikerjakan penelitian yang lebih lanjut tentang fungsi molar ke-3 bawah kepada kestabilan gigi insisif rahang bawah dengan melakukan pengujian kepada sampel yang semakin besar.
Berbasickan beberapa literatur yang penulis baca tetap tidak sedikit terdapat perbedaan pendapat menimpa pengaruh pencabutan gigi molar ke-3 untuk menyetop berlangsungnya gigi berdesakan di anterior rahang bawah. Bilamana tambah tidak sedikit lagi literatur yang dibaca mungkin bakal ditemukan kebulatan pendapat menimpa hal tersebut, hingga saat ini ini tetap belum ada kesepakatan pendapat atau ketetapan kira-kira riset menimpa peran gigi molar ke-3 bawah kepada kestabilan gigi insisif rahang bawah oelh gara-gara tersebut dibutuhkan penelitian lebih lanjut menimpa kendala tersebut
Tujuannyai ialah untuk memper dan menjaga situasi normal dan kegiatan fisiologik yang sesungguhnya gigi, jaringan lunak mulut dan otot wajah dan pengunyahan, dengan maksud untuk menjamin Sampai mungkin perkembangan dan fungsi dentofasial yang optimum. mencukupi tujuan tersebut diperlukan suatu diagnosa yang pas, rancangan perawatan yang matang dan tehnik perawatan yang dicocok atau sepadankan dengan keperluan, dengan memakai peranti, baik peranti tetap maupun peranti lepasan.
Perawatan ortodonti pada waktu dulu cuma ditekankan pada segi kuratif saja. berbarengan dengan kemajuan ilmu kedokteran gigi, segi prefentif diutamakan ilmu ortodonti modern lebih. Perawatan ortodonti dilakukan dalam ilmu ortodonti preventif terdapat suatu filosofi yang menyebutkan bahwa menyetop berlangsungnya maloklusi marupakan suatu pilihan yang amat bijaksana bila dibanding setelah berlangsung maloklusi dengan.
Maloklusi ialah ketidakwajaran oklusi normal gigi disebutkan strang and Thompson. salah satu maloklusi yang paling sering berlangsung ialah gigi berdesakan. Bentuk maloklusi yang perlu diwaspadai salah satunya ialah timbulnya gigi berdesakan di wilayah anterior rahang bawah di akhir masa perkembangan. Hasil penelitian menimpa maloklusi gigi, kelainan gigi berdesakan tunjukkan angka yang paling tinggi dibanding dengan anomali posisi gigi yang lain. Selesai melakukan perawatan ortodonti, situasi ini dapat berlangsung pada orang disaat mulanya memiliki lengkung gigi yang baik maupun yang pasien yang sudah
Persoalan timbulnya gigi berdesakan di wilayah anterior rahang bawah di akhir masa perkembangan ini telah menjadi materi diskusi di kelompok umur pakar ortodonti. tapi belum didapatkan jalinan yang jelas antara timbulnya gigi berdesakan di wilayah anterior rahang bawah dengan gigi molar ke-3 bawah, fakta bahwa gigi berdesakan di wilayah anterior rahang bawah terkait didapatkan oleh sampai lantas Bjork dan Skieller dengan erupsi gigi molar ke-3 bawah.
Para ahli melakukan dugaan berlangsungnya relaps gigi berdesakan di wilayah anterior rahang bawah serta juga berlangsungnya gigi berdesakan di wilayah anterior rahang bawah di akhir masa perkembangan, ialah diakibatkan gara-gara wujudnya gigi molar ke-3. Perihal ini dibasickan pada konsep awal perawatan ortodonti, dua puluh delapan gigi permanen yang beroklusi diperdulikan ialah hanya tanpa membuat timbangan wujudnya gigi molar ke-3.
Schwartze mengusulkan suatu tindakan pencabutan gigi molar ke-3 bawah untuk menyetop timbulnya gigi berdesakan di wilayah anterior rahang bawah. Setelah perawatan ortodonti usai, meski seperti itu pakar ortodonti banyak yang mengesampingkan masalah ini kalau melakukan blokadei pergerakan gigi ke arah distal atau membuat ganguan retensi gigi
Penulis merasa tertarik untuk mengetahui lebih lanjut persoalan pencabutan gigi molar ke-3 bawah dalam bidang ortodonti spesialnya untuk menyetop berlangsungnya gigi berdesakan di wilayah anterior rahang bawah gara-gara alasan yang sudah dimaksudkan diatas.
Penulis mengharapkan melewati catatan ini bisa dipelajari tentang pencabutan gigi molar ke-3 bawah untuk menyetop gigi berdesakan di wilayah anterior rahang bawah, serta mampu menjadi masukan bagi penelitian lebih lanjut dalam bidang ortodonti tentang masalah pencabutan gigi molar ke-3 bawah spesialnya untuk menyetop berlangsungnya gigi berdesakan di wilayah anterior rahang bawah.
Pertumbuhkembangan Gigi Molar ke-3 Bawah
Gigi molar ke-3 bawah amat menarik Selayak bagian perkembangan manusia gara-gara memiliki variasi morfologi yang luas dan gelombang gagalnya pembuatannya untuk berkembang lengkap 1 atau lebih gigi molar ke-3 yang tinggi..
Rata-rata gigi molar ke-3 bawah alami kalsifikasi pada usia sembilan tahun dan erupsi penuh pada usia dua puluh tahun. Proses pembuatan akar sempurna berlangsung pada usia dua puluh dua tahun. Dengan keluarnya gigi molar ke-3, maka selesailah proses erupsi aktif gigi tetap.
Puncak tonjol mesial dan distal gigi molar ke-3 bawah dapat diidentifikasi pada usia kurang 8 tahun. Kalsifikasi enamel lengkap berlangsung pada usia dua belas hingga enam belas tahun. Erupsi terjadiantara usia lima belas sampai 21 tahun atau lebih dan akar terbentuk lengkap antara usia 18 hingga dua puluh lima tahun
Peneliti lain menyebutkan justru batas tertua pembuatan awal yang paling absolut, gara-gara rata-rata pasien siap untuk terima perawatan ortodonti pada usia 12 tahun dan ini umumnya atas evaluasi, usia optimum untuk Mayoritas perawatan maloklusi. absolut kiranya untuk mengetahui kapan gigi molar ke-3 bawah mulain berkembang sebelum menyebutkan diawalinya rancangan perawatan.
Gigi Berdesakan Anterior Rahang Bawah
Gigi berdesakan atau crowding umum mampu dikatakan Selayak suatu situasi di mana berlangsung disproporsi antara ukuran gigi dan ukuran rahang dan bentuk lengkung. 3 situasi yang meringankan lengkung gigi menjadi berdesakan ialah tidak sempit gigi yang tidak kecil, tulang basal rahang yang kecil atau gabungan gigi yang lebar dan rahang yang tidak besar. Howe dalam risetnya mendapatkan bahwa pada Kasus dengan gigi berdesakan memiliki lengkung gigi yang lebih tidak besar, pada Kasus tanpa atau tidak banyak gigi berdesakan.
Usia di mana gigi bertambah berdesakan ialah antara usia 13-14 tahun, dan lantas mungkin bakal menjadi kurang. Hunter and Smith mendapatkan bahwa berdesakannya gigi paling tidak sedikit ditemukan pada usia 9 tahun, tetapi peneliti lain mendapatkannya pada usia 12-13 tahun. Peneliti memautkan timbulnya kendala ini dengan wujudnya pergantian pada pribadi selama proses perkembangan. Situasi gigi berdesakan di akhir masa perkembangan mampu berlangsung pada personal disaat awalnya mempunyai lengkungan gigi yang baik dan situasi ini akan bertambah parah jika sejak awal usia perkembangan situasi giginya telah berdesakan
Van der Linden menklasifikasikan gigi berdesakan berbasickan etiologinya, ialah:
1. gigi berdesakan primer. Penyebab Soal ini ialah perbedaan ukuran gigi dan ukuran rahang, terlebih dikendalikan faktor genetik,
2. gigi berdesakan sekunder. Penyebabnya ialah faktor lingkungan, berbasickan Barber faktor lingkungan yang dinilai memiliki pengaruh kepada berdesakannya gigi ialah gencetan otot yang abnormal, penyimpangan arah erupsi gigi, kemampuan oklusal gara-gara migrasi gigi ke mesial, dan kehilangan panjang lengkung gigi gara-gara karies,
3. gigi berdesakan tersier. Berkembang pada pertengahan atau akhir usia remaja, yang tunjukkan gigi yang terlambat berdesakan di mana yg terlebih dahulu gigi tersebut tak alami gigi berdesakan atau wujudnya relaps gigi berdesakan satu tahun setelah alat retensi dilepas.
Gigi berdesakan tersier sering diartikan lain, layaknya postpubertal crowding, late lower arch crowding, atau crowding postretention. Peneliti lain mengklasifikasikannya dalam gigi berdesakan sekunder. Gigi molar ke-3 tidak sedikit diduga Selayak penyebab gigi berdesakan tersier, gara-gara berlangsungnya gigi berdesakan ini an waktunya dengan erupsi gigi molar ke-3.
Pencabutan Molar ke-3 Bawah
Oklusi fungsional yang normal serta keseimbangan dengan susunan supporter dan otot sekitarnya kadang-kadang-kadang-kadang Menagih pengurangan 1 gigi atau lebih. Pemilihan gigi untuk dicabut pada perawatan ortodonti tergantung pada situasi klinis lokal, terhitung besarnya perbedaan (discrepancy) antara lengkung gigi dan lengkung basal tulang rahang, profil muka, kesehatan umum pasien, umur erupsi, posisi gigi, derajat kemiringan dentoalveolar, usia pasien dan situasi susunan gigi Selayak suatu jumlah seluruh yang terkait dengan basis kranii. Perihal lain layaknya bentuk gigi, ukuran gigi, derajat kemiringan, tambahan, ketinggian tonjol lingual dan lain Selayaknya juga perlu dipertimbangkan.
Ukuran gigi dan ukuran lengkung rahang tidak sedikit be affected karakteristik genetik seseorang. Ukuran lengkung gigi mempunyai pengaruh kepada besarnya ukuran tulang basal dan fungsi otot mulut. akan membuat timbul kedaan gigi berdesakan, cara pencabutan kepada gigi spesifik digunakan untuk tersebut perlu dikerjakan pengurangan ukuran gigi. Sebelum dikerjakan pencabutan gigi, terlebih dahulu perlu di perhatikan situasi giginya, posisi gigi yang berdesakan dan posisi gigi jumlah semua.
Pencabutan gigi dapat dikerjakan bila ukuran lengkung basal tidak sempurna dan susunan gigi yang baik tak mungkin didapatkan tanpa mengakibatkan timbulnya relaps gara-gara wujudnya daya dalam tulang rahang sesudah perawatan ortodonti usai. Kemiringan dentoalveolar dan untuk memperbaiki profil wajah disedikitkan oleh pencabutan gigi juga bisa dikerjakan untuk.
Pembhsn
Masalah utama yang tetap perlu dicari jawaban ialah pencabutan molar ke-3 bawah untuk menyetop gigi berdesakan terlebih di wilayah anterior rahang bawah. Terdapat suatu kecondongan yang kuat pada penduduk modern akan berlangsungnya suatu situasi gigi berdesakan di wilayah anterior rahang bawah akhir masa perkembangan.
Spekulasi bahwa gigi molar ke-3 bawah menyebabkan berlangsungnya gigi berdesakan di wilayah anterior rahang bawah mendapat banyak perhatian ahli-ahli ortodonti dan menjadi bahan pertentangan dan speculation pada beberapa literatur. Beberapa hasil riset ahli-ahli dan tunjukkan wujudnya pendapat, baik yang beri dukungan atau menangkis spekulasi itu.
Moore menerangkan tentang perbedaan perkembangan wilayah perkembangan wajah, sekiranya perkembangan kondilus tetap berlanjut terus sesudah perkembangan tulang tuberositas maksilaris tak melakukan suatu gerakan atau diam, maka dapat berlangsung pergantian jalinan anteroposterior antara rahang bawah dan rahang atas. perkembangan ke depan kondilus ini bakal menggerakkan gigi rahang bawah maju ke depan, tapi pada waktu tersebut rahang bawah tetap beroklusi dengan rahang atas. Susunan rahang atas melalui tegangan otot dikira-kira menahan gigi anterior rahang bawah yang bergerak ke depan dan membuat hasil berdesakannya gigi insisif rahang bawah.
Jika sejak awal usia perkembangan situasi giginya telah berdesakan, situasi gigi berdesakan di akhir masa perkembangan bisa berlangsung pada personal disaat awalnya mempunyai lengkungan gigi yang baik dan situasi ini akan bertambah parah Banyak literatur menyebutkan bahwa kendala ini terkait dengan erupsi gigi molar ke-3.
Funder mendapatkan bahwa pada personal yang memiliki gigi molar ke-3 bawah lengkap, posisi gigi molar pertama tetap rahang bawah lebih ke depan dan gigi-gigi insisif rahang bawah memiliki inklinasi lebih labioversi dibanding dengan pribadi yang gigi molar ke-3nya agenisi. Laskin mewawancarai lebih 600 pakar ortodonti dan tujuh ratus ahli bedah mulut, dan mendapatkan bahwa 65% memiliki pendapat bahwa pada suatu waktu bakal menyebabkan berdesaknya gigi anterior rahang bawah, tetapi saat ini tidak ada kebulatan pendapat tentang pengaruh yang mungkin gigi molar ke-3 kepada kestabilan rahang bawah.
Broadbent memberi bukti bahwa gigi molar ke-3 bawah dan gigi insisif bawah ke-2nya saling memperngaruhi kepada timbulnya kelainan pada tulang muka untuk menggapai ukuran dan proporsi yang cocok atau sepadan pada usia dewasa. Cryer menyebutkan bahwa situasi gigi molar ke-3 bawah yang impaksi dan gigi berdesakan di wilayah anterior rahang bawah ialah tanda-tanda pemendekan ukuran rahang. situasi ini ialah masalah yang cukup serius dan amat sering dijumpai pada penduduk modern.
Vego melakukan pengujian kepada 40 pasien yang mempunyai gigi molar ke-3 bawah dan dua puluh lima pasien tidak mempunyai gogo tersebut dan semua pasien tak alami perawatan ortodonti, setiap lengkung gigi pasien diukur dalam dua interval waktu. Pertama pada waktu setelah erupsi gigi molar ke-2, pada usia rata-rata 13 tahun dan ke-2 pada usia rata-rata 19 tahun. model pertama ke model ke-2, penambahan Perputaran dan susunan gigi yang tak baik bakal ditunjukkan yang. Hasil risetnya tunjukkan bahwa pengurangan perimeters rahang kurang terlihat menonjol pada orang tanpa gigi molar ke-3. Gencetan pada gigi paling tidak jauh dan tunjukkan dapat diberikan dia berketetapan kira-kira bahwa banyak faktor yang ikut serta dalam berdesakannya gigi pada lengkung rahang bahwa erupsi gigi molar ke-3 bawah.
Vego menyebutkan bahwa pada waktu gigi molar ke-3 erupsi, mampu timbul suatu daya tekan pada bagian proksimal gigi di depannya. Pergeseran gigi di depannya ke arah anterior dan akan membuat tambah parah gigi berdesakan di wilayah anterior rahang bawah akan disebabkan gooris memberikan pendapat bahwa daya tekan gigi molar ke-3.
riset yang menunjukkan prosedur berlangsungnya penekanan gigi posterior pada penambahan berdesakannya gigi anterior rahang bawah, dikatakan Richardson. Berlangsungnya pengurangan gigi berdesakan di wilayah posterior diikuti didapatkan riset ini dengan penambahan berdesakannya gigi di wilayah anterior. Disimpulkan bahwa ruangan yang didapat untuk penambahan ruang di regio molar didapat dalam batas spesifik, dengan berdesakannya gigi yang tidak dekat ke depan lengkung rahang.
Schwartze membandingkan pergantian posisi gigi molar pada 56 pasien yang benih gigi molar ke-3nya sudah dicabut dengan 49 pasien yang gigi molar ke-3nya berkembang sempurna. Hasil risetnya mendapatkan persoalan gigi berdesakan di wilayah anterior rahang bawah berlangsung tambah tidak sedikit pada Perkara pasien dengan gigi molar ke-3 yang lengkap. Perihal ini dikira-kira gara-gara wujudnya daya tekan yang ditimbulkan gigi molar ke-3 ke arah sagital, sehingga menyebabkan berlangsungnya pergeseran gigi molar ke-2 dan pertama ke depan.
Pengurangan didalam dan tidak sempit lengkung rahang akan diakibatkan pergerakan tegak lurus gigi insisif rahang atas dan rahang bawah. Bila pada proses ini ada tahanan gigi di posterior maka dapat timbul situasi gigi berdesakan di wilayah anterior.
Banyak bukti yang memberikan dukungan kepada teori yang menyebutkan bahwa timbulnya kendala gigi berdesakan di wilayah anterior rahang bawah di akhir masa perkembangan, diakibatkan wujudnya gencetan arah belakang lengkung rahang. gencetan ini diperoleh dari hasil proses perkembangan gigi molar ke-3 bawah, pergerakan fisiologis gigi posterior ke arah mesial atau gara-gara gencetan yang diper daya oklusi pada gigi yang berinklinasi ke arah mesial.
Sesudah perkembangan tuberositas maksilaris tidak melakukan suatu gerakan atau diam mengakibatkan berlangsungnya pergantian jalinan anteroposterior antara rahang atas dan rahang bawah, perkembangan rahang bawah yang tetap terus berlanjut Gerakan perkembangan rahang bawah ke arah depan juga diikuti gigi di rahang bawah, namun pergerakan ini bakal dihambat gigi anterior rahang atas beserta ototnya sehingga gigi insisif rahang bawah berpindah tempat ke arah distal. Pencabutan gigi molar ke-3 bawah dapat memberi tempat di bagian distal untuk gigi di depannya selama proses perkembangan.
Bergstorm and Jensen mempelajari 50 sampel Perkara pasien dengan agensi satu sisi gigi molar ke-3 rahang bawah. Hasil riset mereka terbukti ditemukan tidak sedikit Perkara gigi berdesakan di wilayah anterior rahang bawah berlangsung pada sisi yang gigi molar ke-3 tidak agenisi. Selama 66 bulan, suatu penelitian yang dikerjakan Sheneman kepada empat puluh sembilan pasien Setelah perawatan ortodonti terhitung didalam sampel ini, sebanyak 7 pasien dengan gigi molar ke-3 yang bisa beroklusi baik pada ke-2 sisinya, 31 pasien dengan Kasus impaksi gigi molar ke-3 pada ke-2 sisi rahang.
Selama periode observasi, tunjukkan pergantian tidak pendek lengkung rahang pada sisi pencabutan dan sisi kontrol Setelah dikerjakanpengamatan yang lebih lama, 5 subjek tunjukkan pergantian yang bermakna Pencabutan gigi molar ke-3 bawah terlihat memiliki pengaruh tidak kecil kepada pergantian panjang lengkung rahang pada sebagian besar subjek yang diteliti. Timbulnya perbedaan pergantian panjang lengkung rahang pada sisi pencabutan dan sisi kontrol, mungkin be affected ada atau tidaknya gigi molar ke-3.
Hasil yang lebih stabil dibanding akan diberikan oleh sheneman menyebutkan bahwa pencabutan gigi molar ke-3 bawah pada pasien yang dirawat ortodonti dengan pasien yang mempunyai gigi molar ke-3 lengkap gara-gara Kasus gigi berdesakan. Vego menyebutkan bahwa pada pribadi yang memiliki gigi molar ke-3 lengkap terdapat pengurangan perimeters lengkung gigi sebesar 40,8 mm dibanding dengan personal yang tidak memiliki gigi molar ke-3.
Woodside menangkis konsep menimpa perkembangan gigi molar ke-3 memberikan gencetan pada lengkung gigi, tetapi terima konsep pencabutan awal molar ke-3 mengakibatkan pergerakan ke distal gigi molar yang lain.
Peneliti lain mempresentasikan bahwa peran gigi molar ke-3 bawah kepada timbulnya masalah gigi berdesakan di wilayah anterior rahang bawah cuma sedikit sekali. Kalaupun ada, perihal itu terkait dengan pergantian lengkung gigi kurun waktu yang lama. Shanley and Lundstrom juga tak mendapatkan perbedaan yang bermakna antara gigi molar ke-3 yang impaksi, erupsi atau lenyap kongenital kepada timbulnya kendala gigi berdesakan.
Selesai dirawat ortodonti, kaplan melakukan suatu pengamatan kepada timbulnya masalah gigi berdesakan Sesudah retensi pada kelompok pasien yang telah risetnya pada tujuh puluh lima orang pasien yang diteliti modelnya pada waktu sebelum perawatan, setelah perawatan dan sepuluh tahun Sesudah retensi serta paparan sefalogram lateralnya. Dia mendapatkan wujudnya kecondongan berlangsungnya relaps pada sebanyak besar pasien namun tak ditemukan wujudnya perbedaan yang bermakna antara kelompok pasien yang gigi molar ke-3nya erupsi, impaksi atau agenisi.
Setelah penghentian retensi, ia menyimpulkan bahwa wujudnya wujudnya gigi molar ke-3 tak membuat hasil derajat yang tidak rendah berdesakannya gigi anterior rahang bawah dan atau relaps Perputaranonal Ia menghimpitkan bahwa pergantian posisi gigi dan dimensi lengkung rahang tak be affected gigi molar ke-3. Dia memberikan pendapat bahwa teori gigi molar ke-3 memberikan gencetan pada gigi di Dibagian mesialnya ialah tidak berbasic, tapi Schulhof menyebutkan pengaruh gigi molar ke-3 kepada pergantian dimensi lengkung rahang dan posisi gigi mampu terlihat bila dikerjakan penelitian dengan jumlah sampel yang tambah tidak sedikit dan kakulasi statistik yang tak sama.
Suatu pengamatan yang dikerjakan Stemm kepada 29 orang pasien yang memiliki usia antara 14-20 tahun dan belum perah dirawat ortodonti, mendapatkan bahwa ada atau tidaknya gigi molar ke-3 bawah tak mempunyai pengaruh pergantian lebar dan tidak pendek lengkung rahang atau pergerakan gigi.
Kesepakatan pendapat atau ketetapan kira-kira riset menimpa peran gigi molar ke-3 bawah kepada kestabilan gigi insisif rahang bawah sampai sekarang ini tetap belum ada. Beberapa literatur menyebutkan mutlaknya dikerjakan penelitian yang lebih lanjut tentang fungsi molar ke-3 bawah kepada kestabilan gigi insisif rahang bawah dengan melakukan pengujian kepada sampel yang semakin besar.
Berbasickan beberapa literatur yang penulis baca tetap tidak sedikit terdapat perbedaan pendapat menimpa pengaruh pencabutan gigi molar ke-3 untuk menyetop berlangsungnya gigi berdesakan di anterior rahang bawah. Bilamana tambah tidak sedikit lagi literatur yang dibaca mungkin bakal ditemukan kebulatan pendapat menimpa hal tersebut, hingga saat ini ini tetap belum ada kesepakatan pendapat atau ketetapan kira-kira riset menimpa peran gigi molar ke-3 bawah kepada kestabilan gigi insisif rahang bawah oelh gara-gara tersebut dibutuhkan penelitian lebih lanjut menimpa kendala tersebut